top of page

[#3 Masa Kecil]

Masa kecil saya berkisar antara tahun 1994-2000. Mulai tahun 1994 pada bulan Juli tanggal 3 saya lahir di rumah Cijolang sekitar pukul 12 malam. Saat itu kata Mamah -panggilan saya kepada ibu, melahirkan saya pada tengah malam yang dibantu oleh seorang "paraji" (bidan versi tradisional). Pada masa itu di kampung saya belum terlalu modern, sehingga fasilitas kesehatan pun hanya berupa puskesmas yang cukup jauh dari perkampungan. Jadi, saya lahir di rumah.

Kelahiran saya awalnya tidak terduga, bahkan mengandung saya pun kata Mamah itu tidak direncanakan. Waktu Mamah hamil dengan janin saya, saat itu Mamah sudah berusia hampir 40 tahun, mungkin sekitar 39 tahun, yang pasti pada usia itu tidak menduga akan mendapatkan anak lagi.

Oiya, saya lahir sebagai anak ke-enam dari 6 bersaudara. Secara berurutan nama kakak-kakak saya adalah Ahmad Syahid bin Ma'ruf (wafat waktu masih bayi), Nur Siti Maryam, Ali Furqon bin Ma'ruf (wafat waktu masih bayi), Abdul Aziz bin Ma'ruf (wafat pada usia sekitar 24 tahun), Fitri Marfu'ah, dan saya sendiri Sansan Hasanudin. Jadi, saya adalah anak bungsu dan laki-laki satu-satunya yang masih hidup di keluarga.

Nama Sansan Hasanudin sendiri kata Mamah diberikan oleh almarhum kakek saya yang bernama H. Sobari bin KH. Zainal Abidin. Waktu itu kakek memberi nama saya "Hasanudin", katanya biar kayak cucu Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam yakni Hasan bin Ali. Selain itu, kata Mamah juga biar seperti Sultan Hasanudin yang menjadi raja di zaman dahulu sebelum Indonesia merdeka. Tentang nama "Sansan" itu hadir ketika budaya Sunda menyebut nama orang dipanggil berulang, jadi saya dipanggil "Hasan", tapi hanya "san"nya saja, jadi orang memanggil "san" dengan terus diulang. Sehingga kata "Sansan" jadi melekat pada diri saya sampai akhirnya tertera di pendaftaran masuk sekolah dasar menjadi "Sansan Hasanudin".

Rentan tahun 1994-2000 saya tidak begitu mengingat memori masa kecil saya. Saya hanya ingat memori pertama kali yang tidak terlupakan, ketika saya usia sekitar 4 atau 5 tahun, saya penasaran dengan sebuah makanan berwarna hijau kecil. Ketika saya coba, ternyata rasanya aneh dan membuat saya menangis. Lalu Mamah memberi tahu kalau itu adalah cabai. Sejak saat itu saya tahu rasa pedas. Hehe.

Selain memori itu, saya ingat ketika sebelum masuk usia sekolah, mungkin usia 5 tahun, saya berjualan es keliling kampung, bahkan ke kampung sebelah yaitu Sukasari dan Patenggeng. Waktu itu saya diajak berdagang oleh salah satu sepupu saya bernama Ceceng Jaelani, anaknya Bi Anong.

Selebihnya saya mengingat beberapa memori bermain lainnya seperti main layangan, kelereng dan petak umpet bersama teman-teman masa kecil saya, terutama yang paling saya ingat itu sepupu perempuan saya yaitu Dini Widiawati, anaknya Mang Alu.

Masa kecil Sansan

Ini adalah foto saya dengan Mamah (Aneng Romlah) dan Teh Fitri (Kakak perempuan saya yang ke-dua).

bottom of page